SEARCHING THIS BLOGGER

Senin, 27 Juni 2011

Menegur TUhan oleh Ridwan Sangkakala

hari ini, aku merasakan belaian tangan-Nya. perlahan, sukma ini terpenuhi setelah lama diterkam kehausan yang mendalam. aku mulai sadar. hidup bukan sekedar merasakan senang, lantas berakhir dengan susah. bukan pula merasakan kesulitan yang berakhir dengan kesenangan. aku tak percaya dengan ungkapan pasrah yang seringkali orang ucapkan bahwa hidup hanyalah sebuah roda berputar, kadang senang dan kadang susah.



aku amini bahwa DIa menjadikan kesulitan sebagai batu sandungan untuk mencapai kesenangan. aku yakini bahwa Dia jadikanku sebagai alat untuk tegaknya kedamaian di dunia ini. tapi, aku sadari titah TUhan tak semudah membalikkan telapak tangan untuk kulaksanakan. oh, Tuhan buat apa kau ciptakan amanah yang kuanggap kecil namun menyesakkan? untuk apa kau ciptakan manusia yang kau amanahi untuk menjaga kedamaian namun membuat kerusakkan? entahlah, kata orang ini Rahasia Tuhan, tapi bagiku itu sikap ego Tuhan. tak mau berbagi dengan makhluk-Nya tentang makna hidup ini.



mataku terperanjat, kulihat orang berlalu lalang demi mengejar kesemuan. mereka berlomba demi sebongkah kehidupan yang tertelan fana dunia. mereka tertikam tusukan tajam para punggawa bumi yang menakjubkan. tapi tak mengapa, sebab fitrah manusia yang Tuhan benamkan padanya adalah kerakusan dan kelalaian. wajar saja, bila manusia menyimpan harapan yang tak berkesudahan. bagaimanapun, keinginan dan harapan itu tak akan terpenuhi, sifat rakusnya telah terhunus dalam dan membekas dalam relung jiwa. parahnya, kini telah dijiwai.



oh, andai saja ada kesempatan untuk berbincang dengan Tuhan, akan kusampaikan pada-Nya bahwa aku lelah menanti janji-Nya. akan kukatakan dengan lantang :"hei Tuhan, kenapa kau ciptakan aku kalau sekedar untuk membuatku bingung. kau tak berikan kepastian, malah kau berikan akal dan hati untuk menafsir Titah-Mu. jelas, semua serba semu. bagiku titah-Mu adalah A, bagi manusia laknat yang lainnya titah-Mu adalah B. begitupun manusia lain dan lainnya. akankah titah-Mu kulaksankan sesuai keinginan-Mu?"



"Tuhan, maafkan aku jika aku lancang menggoda-Mu. sedikitpun aku tak kuasa untuk melawan kuasa-Mu. namun, tak ada salahnya bagiku untuk sampaikan aspirasi hidup para manusia laknat yang merasa terbebani dengan semua titah-Mu yang semu. aku tak mau hanya sekedar meyakini ke-"ada"-an-Mu tanpa mampu merasakan kehadiran-Mu dalam jiwaku. aku tak mau seperti manusia laknat lainnya, yang berbuat tapi tak sadar. menampilkan manisnya iman tapi lidahnya beku merasakan rasa manis itu. aku tak mau seperti manusia jahanam yang melakukan titah-Mu tanpa memahami makna perintah-Mu. aku tak mau hanya berbuat dengan kesadaran palsu dan keterpaksaan tanpa memahami apa makna sesungguhnya dari-Mu. dan aku tak mau sepertimu yang hanya memberikan perintah, tanpa mau menawarkan rahasia di balik titah-Mu. kau egois. aku lebih egois."



maka, mari Tuhan kita berbincang dalam sendu, dalam senang, dalam sedih, dalm bahagia, dalam derita, dalam sunyi, dalam diri, dan membaur menjadi sekitar agar kau mampu menjiwai ada-mu dalam hidupku.

matahari, matahati,matakaki oleh Ridwan Sangkakala

saat ini, realitas berkata lain. manusia di ujung kehancuran. mereka hanya terdiam, sibuk berfikir bagaiaman caranya aku bisa kaya? tak peduli orang berkata apa, terpentimng ambisi ku terpenuhi. orang lapara, aku berlalu lalang. orang sakit, aku tidur dengan ketenangan. orang bangkrut, aku tertawa dengan penuh kenikmatan. huh... aku bosan dengan hidupku.


sekedar berbagi, kusaksikan deru ombak di sore hari. mereka menyapaku. kemudian sedikit berbisik. "hei manusia, kapan kau akan sadar? segala daya atas titah-Nya telah kukerahkan, gelombang pasang yang begitu mencekam, hingga membinasakan kaummu telah aku lakukan. tapi kenapa kau tak sadar? kau tak peduli dengan hidupmu, dan terlebih kau tak sedikitpun bertanya padamu, siap DIRINya?" yah, memang begitulah takdirmu... hanya mengejar matahari yang sementara dan sedikitpun kau tak mampu untuk menggapainya.. bodoh kau...

kesadaran, yah... susah bagiku untuk sadar berfikir siapa diriku? bahkan aku pun tak sadar dimana aku hidup. kini, aku hanya berfikir tentang aku, ambisiku, kekayaanku, kehangatanku, ketenanganku, dan semuanya yang bagiku mendatangkan kenikmatan.... aku tak mau melihat mereka yang susah. susah untuk sekedar makan, susah untuk sekedar tidur, bagiku hidup hanya sementara, hidup hanya untuk berfikir bagiamana hatiku senang merasakan kesemtaraan ini. esok, terserah. aku tak peduli.


sejauh apapun matahari, pasti akan ku kejar. tak peduli pada celoteh ombak itu, bagiku matahari penting. entah bagi ombak sialan yang hanya menampung makhluk lemah. aku tak mau sadar, usai dari segala kenikmatan ini. bila perlu akan ku beli kenikmatan ombak pengecut itu. berapapun harganya. Tuhan, camkankan, aku kan mendapatkan matahari yang sementara dan cahaya yang abadi kelak di syurga...


lain halnya dengan burung di angkasa, mereka berteriak: " hei manusia laknat, kenapa kau tak gubris ungkapan ombak. kau ini bodoh, kau tak sadar dan mungkin tak akan menyedari elemen penting dalam hidupmu. kau lupakan matahati yang ada dalam dirimu. kau lupakan segalanya. matahtimu, tertutup oleh embun-embun sejuk yang menyengat. kau tertikam, tertipu dan mungkin terbunuh oleh embisi kuasamu. dasar bodoh. di antara semua makhluk-Nya hanya kau, manusia laknat yang diberi anugerah merasakan matahatimu. aku pun sama, insting seidkit dalam dirku kugunakan untuk memperhatikan keinginan makhluk lain. ragaku memang bisa terbang, tapi hatiku terpenjara oleh kerakusanmu... sadarlah"


oke, aku katakan padamu burung :" enyahlah dari hadapanku, jangan pedulikan aku. sedikitpun aku tak mau mendengar celotehan busukmu. aku tahu kau emmang makhluk yang tak tahu diri. mathati ini adalah milikku, kau tak punya kuasa untuk mengawasi gerik hati ini. mingirlah, akan ku terbangkan matahati ini demi sebuah pergulatan ketenangan antara aku dan tuhanku..."


kini, matakakiku berkata :"jangan bawa diriku melangkah ke neraka dunia. aku hanya ingin bersembah sujud pada yang kuasa yang telah memberikan penglihatan pada setiap jejak langkah yang aku torehkan. manusia, jangan bawa aku pada urusanmu yang begitu menikam kesadaranku. aku hanya ingin mengabdi pada hidup, dunia dan segala potensi di dalam nya. aku hanya ingin menjadi tuna dalam diriku. tak peduli dirimu mempunyai tuhan lainnya."

Sabtu, 30 Oktober 2010

(Refleksi peringatan Halloween 31 oktober 2010) HALLOWEEN : Sebuah Tradisi di tengah Pesatnya Arus zaman

Memaknai tradisi Halloween, yang biasa diperingati masyarakat barat setiap tanggal 31 Oktober malam merupakan sebuah keunikan tersendiri bagi kita sebagai umat muslim. Aneh memang, menurut kabarnya tradisi Halloween ini banyak diperingati oleh umat kristiani di dunia, khususnya di negara-negara barat yang memgang kuat prinsip modernisme. Saya memandang ada sebuah keganjilan tersendiri tatkala saya melihat antusias yang dilakukan oleh kebanyakan orang, untuk memperingati Halloween ini dengan beragam cara dan versi masing-masing. Terlebih, ketika tradisi tersebut dirayakan oleh masyarakat Indonesia yang mayoritas menganut agama Islam. Seolah life style barat yang kita namakan westernisme menjadi sesuatu hal yang harus kita ikuti, dan itu wajib (bagi sebagian orang).

Halloween awalnya, hanya sebuah tradisi klasik masyarakat barat yang mengatasnamakan agamanya (kristen) sebagai bentuk legitimate terhadap apa yang kemudian mereka selenggarakan. Kenyataannya, tradisi ini hanyalah sebuah upacara yang mengada-ngada, dan bagi sebagian besar umat kistiani, Halloween dipandang sebagai ajaran sesat yang menyimpang dari pedoman Yesus sebagai juru selamat Penganut Kristen. Sama halnya dengan tradisi Valentine day yang dirayakan setiap tanggal 14 Februari.

Di sini, saya mencoba mengungkapkan sebuah kejanggalan saya sebagai manusia timur yang melihat adanya kontradiksi atas apa yang dilakukan masyarakat barat - yang konon dikatakan sebagai masyarakat yang menganut gaya hidup modern- dalam menyikapi tradisi Halloween itu. kalaulah saya meminjam pendapat Soerjono Soekanto, seorang Sosiolog, ia megatakan bahwa salah satu ciri masyarakat modern ialah hampir sebagian besar masyarakatnya tidak mempercayai tahayul. Kalau saya kaitkan, realitas menunjukkan sekaliber masyarakat barat yang menjadi anutan dunia ketiga, dan lazim dikaitkan sebagai kiblat perkembangan dunia, ternyata masih memgang kuat kepercayaan mereka terhadap dunia mistik (tahayul). Sekali lagi ini adalah sebuah kontradiktif. Walaupun, nilai positifnya ialah bahwa di tengah arus perkembangan zaman yang semakin membludak, antusias masyarakat barat terhadap tradisi nenek moyang begitu kental.

Terlepas dari semua itu, bagi saya tradisi Halloween adalah sebuah tradisi yang konyol untuk masyarakat yang mengusung kemodern, tapi bisa dikatakan pula sebagai wujud kepedulian terhadap warisan leluhur. Sama halnya, ketika masyarakat Indonesia yang senantiasa melaksanakan tradisi-taradisi tertentu di kala musim panen tiba. Konyol tapi punya nilai positif. Namun, yang harus jadi titik tekan adalah bagaimana keberlangsungan sebuah tradisi jangan sampai dilegalkan atas nama agama yang notabene agama tersebut tidak pernah mencontohkan penganutnya untuk melakukan hal tersebut. Dan buktinya, hampir sebagian besar sebuah tradisi dewasa ini keluar dari jalur yang seharusnya dan dilegalkan atas nama agama. Kita, sebagai masyarakat pengikut barat, hanya menerima sesuatu secara Taken for granted tanpa ada proses kritis secara seksama.

Sejarah Halloween
Dari beberapa referensi, saya menemukan sebuah ketidaksesuaian antara tradisi Halloween sekarang, dengan tujuan awal tradisi tersebut.

Penting diketahui, bahwa tradisi Halloween awalnya di bawa oleh imigran di Amerika Serikat yang berasal dari negara Irlandia. Di Irlandia sendiri, tradisi Halloween merupakan tradisi bangsa Celtiks yang pertama kali dibawa oleh seorang pendeta dari sekte Celt pada kurun waktu 1840an. Dari keterangan yang lain, disebutkan bahwa Bangsa Celtik masih keturunan bangsa Arya dari daratan Asia yang menetap pertama kali di Eropa. Sudah dapat dipastikan, kalau memang tradisi Halloween pertama kali di bawa oleh bangsa Arya dari sekte Celtiks, maka pada dasarnya tradisi Halloween ini merupakan tradisi masyarakat timur. Dan salah satu ciri dari masyarakat timur ialah memgang kuat tahayul dan bersifat tradisonal. Dimana kita lihat bahwa kepercayaan mereka (masyarakat timur) terhadap roh nenek moyang dan benda-benda tertentu yang dipandang mempunyai kekuatan begitu kuat. Tradisi ini yang kemudian di awal-awal perkembangan manusia sebagai makhluk sosial dinamakan animisme dan dinamisme. Jelaslah bahwa, ternyata bukan hanya barat yang mengusung westernisme bagi masyarakat dunia, ternyata timur pun melakukan hal yang sama bagi masyarakat barat. di sini , saya melihat ternayata Masyarakat barat pun dalam hal-hal tertentu (terutama yang berhubungan dengan spiritualitas), banyak terpengaruhi oleh dunia timur dengan tradisi animisme dan dinamisme.

Awalnya, tradisi ini dimaksudkan sebagai bentuk penangkalan terhadap roh-roh jahat yang akan mengganggu roh-roh suci penyelamat mereka. Konon kabarnya, di malam 31 oktober, roh-roh orang yang meninggal akan berkeliaran dan merasuki mereka yang masih hidup. Sehingga untuk menangkalnya, di setiap malam tersebut dilakukan sebuah proses pensucian. Sehingga, malam pensucian yang dimaksud sering kali dinamakan “ Halloween “ yang berarti malam mensucikan, berasal dari kata All Hallows Eve. Dan seringkali hal ini dilakukan oleh para penganutnya dengan memakai kostum yang serba menyeramkan. Supaya roh yang hendak mengganggu menjadi takut dan malu.

Mengenai tradisi Trick-or-treat, ini merupakan tradisi tambahan saja yang dilakukan untuk meramaikan peringatan Halloween. Biasanya, di malam Halloween tersebut anak-anak secara berkelompok mengunjungi setiap rumah dan penghuni rumah tersebut harus memilih antara memberikan sejenis permen atau kue kepada anak tersebut atau memilih untuk dijahili saja. Sepintas, ini mengajarkan sebuah tradisi moral yang kurang baik. Dimana, ada bentuk ancaman dari peminta terhadap pemberi, “ mau dikerjain atau memberi hadiah” walaupun bentuknya bersifat hiburan.

Dan menganai simbol perayaan Halloween, sebuah labu yang berbentuk kepala setan, yang lazim disebut jack o latern, awalnya merupakan sebuah cerita atau mitos belaka. Dimana ada seorang pemuda yang bernama jack, ia merupakan rakyat Irlandia seorang penipu dan pemabuk. Ia memperdayai setan di atas pohon yang telah ia ukir dengan Salib. Otomatis setan tidak bisa turun dari pohon tersebut. Konon, ketika meninggal Jack berada di tengah-tengah antara surga dan neraka. Setan kemudian memberikan Jack bara api yang diletakan di dalam sebuah labu kuning, sebagai penerang jalan Jack yang gelap dan dingin. Sehingga, sejak saat itulah labu dijadikan sebagai penerang oleh rakyat Irlandia dan menjadi simbol Halloween.

Bagaimana tradisi ini bisa menjadi bagian dari tradisi kristiani?
Nah, sedikitpun tidak ada keterangan dalam pedoman umat kristiani untuk memperingati malam Halloween ini. Ini dipandang sebagai bentuk kebid’ahan (penyimpangan) oleh umat kristiani. Sejak dulu, Yesus tidak mengajarkan para penganutnya untuk melakukan sesuatu hal di luar ajarannya. Namun, kenakalan umatnya menyebabkan kemurnian ajaran Nashrani terkontaminasi oleh tradisi-tradisi masyarakat yang notabene diperuntukkan hanya sebagai wujud pesta huru-hara belaka.

Tradisi Halloween pertama kali dipandang sebagai ajaran kristen ialah saat pendeta Paus Grigorius pada tahun 835 M menetapkan tanggal 1 November sebagai hari peringatan orang-orang suci ( All Saint Day). Sehingga, sejak saat itu banyak penganut umat kristiani meyakini bahwa Halloween sebagai bagian dari ajaran Tuhan yang Kudus. Padahal, sedikitpun tidak ada keterangan tentang tradisi ini dari ajarannya.

Sayangnya, masyarakat timur, khususnya Indonesia yang dikatakan sebagai dunia ketiga ternyata sudah mulai meyakini pula dan memperingati tradisi Halloween ini. Walaupun memang masih terbatas di kalangan artis atau selebritis. Namun, ini adalah fakta, bagaimana faham western bisa merasuki gaya hidup masyarakat Indonesia. Kemudian apa yang harus dilakukan? Maka saya kira kita hanya harus melakukan bentuk survive dengan beragam cara supaya bisa memfilter stiap tradisi luar yang masuk ke negara kita. Sehingga, identitas bangsa tidak terpengaruhi dan kelangsungan hidup bangsa Indonesia benar-benar bisa terjaga. Sebagai masyarakat agamis, masyarakat multikultural, dan masyarakat berbudaya.

Demikianlah refleksi saya terhadap peringatan Halloween, semoga kita bisa memfilter segala sesuatu yang dipandang baik, ternyata mendatangkan sesuatu yang tidak diinginkan.

MAHASISWA : Bukan Agen Perubah, Tapi Agen Perusak

Mahasiswa sebagaimana yang diungkapkan oleh Nurcholish Madjid dalam bukunya Islam kemodernan dan Keindonesiaan, merupakan Agent of Modernity, agent social of change. Pertanyaannya, seberapa jauh peran serta mahasiswa dalam melakukan perubahan terhadap kemandegan bangsa, agama dan negara dalam berbagai aspek kehidupan.
Mahasiswa dipandang sebagai lapisan masyarakat yang memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi. Dimana kepandaiannya tersebut, harusnya mereka bisa membuktikan bahwa konsepsi mahasiswa sebagai agen perubahan benar-benar bisa menjadi pemacu sekaligus pemicu untuk perbaikan bangsa dan negara.

Namun kiranya, peristiwa demonstrasi mahasiswa yang terjadi di Makasar beberapa hari kebelakang, menjadi salah satu bentuk kepincangan di kalangan mahasiswa. Demonstrasi mahasiswa yang dilakukan sebagai wujud kontrol terhadap pemerintah patut mendapat acungan jempol. Aspirasi yang mereka sampaikan tidak serta merta merupakan aspirasi yang hanya untuk kepntingannya sendiri. Melainkan aspirasi yang kemudian mereka bawa kepada pemerintah sebagai bentuk kepedulian mereka terhadap kondisi masyarakat pada umumnya. Walaupun, kita tidak bisa men-generalisir hal tersebut. Namun, apakah pantas demonstrasi tersebut yang tadinya menginginkan sebuah perubahan, kemudian berbuah anarkisme yang kemudian kerusakan yang terjadi? Bukankah Tuhan melarang manusia untuk melakukan keruskan dimuka bumi ini?

Sebagai kaum yang dipandang terpelajar, harusnya mahasiswa malu dengan keadaan seperti itu. Memang, tidak ada salahnya, sebagai mahasiswa yang mengukuhkan diri menjadi pemberontak kebijakan pemerintah yang cenderung pro status quo, melakukan sebuah aksi masal guna menyelamatkan kepribadian bangsa. Artinya, saya memandang aksi tersebut sebagai sebuah gerakan pembaharuan terhadap semua bentuk kepincangan bangsa dan pemerintahan. Kalaulah saya menggunakan pendekatan John Stuart Mill, seorang filosof kebebasan, ia menganggap, manusia baik secara personal maupun komunal berhak melakukan apapun yang ingin ia lakukan selama apa yang ia lakukan mendatangkan kebaikan bagi dirinya dan orang lain.

Jelas sekali, Mill menganggap bahwa paksaan sosial tidak lagi berpengaruh bagi sebuah gerakan personal atau komunal, selama tidak mendatangkan kerugian bagi orang-orang sekitarnya. Artinya, jikalau saya mengkorelasikan apa yang diucapkan Mill dan demonstrasi mahasiswa, esensinya sama-sama menginginkan sebuah perubahan bagi masyarakat Indonesia. Namun, kemudian hal yang harus disesalkan adalah proses menuju kebebasan dan perubahan tersebut harus dinodai dengan aksi anarkis yang tentunya merugikan berbagai pihak.

Dalam hal ini, terdapat dua hal yang bersebarang. Di satu sisi, mahasiswa dengan gerakan aksinya itui mencoba menjadi komunitas pengendali pemerintahan, tetapi disisi lain ternyata mereka melakukan sesuatu hal yang merugikan untuk dirinya dan masyarkat umumnya. Pertanyaannya, ideologi pembebasan seperti apa yang kemudian mereka (para mahasiswa) usung untuk kemajuan bangsa ini? Apakah lantas perubahan yang berdasar pada peruskan, atau mungkin perubahan yang kemudian ingin didapat dengan sebuah proses perusakan terlebih dahulu?

Entahlah, yang jelas, sebagai mahasiswa saya hanya bisa mengatakan bahwa aksi tersebut merupakan noda tersendiri bagi para mahasiswa yang harusnya menjadi agen perubah, ternyata hanya sekedar menorehkan kerusakan terhadap bangsa. Akibatnya, citra mahasiswa sebagai pengendali pemerintahan menjadi buruk hanya karena luapan emosi yang tidak seharusnya diungkapkan dengan kekerasan. Mahasiswa telah menodai etika, estetika dan nilai masyarakat.

Sebagai penutup, saya ingin mengucapkan bahwa jadilah anda sebagai mahasiswa yang menjadi mahasiswa, jadilah anda yang bisa membebaskan diri anda untuk kehidupan bangsa dan negara, menjadi agent of change, yang senantiasa memperhatikan sesama, keluarga, masyarakat dan lingkungan.

Kamis, 22 Juli 2010

Indonesia dan Faham Ke-suku-an Oleh : Ridwan Rustandi El-muntaaz

Wahai manusia, sungguh Aku ciptakan kalian dari laki-laki dan perempuan. Dan kami jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling mengenal...
-AlHujurat : 13-
Indonesia adalah negara multikultural. Negara yang beragam baik secara budaya, bahasa, suku bangsa, maupun agama. Keanekaragaman Indonesia dapat dilihat dari berbagai aspek kehidupan. Negara yang terkenal sebagai negara kepulauan yang membentang dari barat ke timur, dari sabang sampai marauke, ataupun dari pulau sumatera sampai ke pulau Papua menghasilkan berbagai produk kebudayaan yang satu sama lain berbeda, satu sama lain mempunyai keunggulan tersendiri. Sudah barang tentu halnya Keanekaragaman seperti itu menjadi tanda kebenaran risalah yang telah Allah jelaskan kepada kita melalui Nabi-Nya Muhammad. Dan hakikatnya, multikulturalisme yang ada di Indonesia menjadi semacam keunggulan dari produk budaya yang ada.
Di indonesia, dapat kita temui berbagai ragam khazanah keanekaragaman masyarakatnya. Misal, secara budaya, Indonesia begitu kaya dengan budaya yang ada. dan tentunya satu daerah dengan daerah yang lain mempunyai keunggulan budaya yang beragam. Dan keberagaman tersebut menjadi identitas budaya tersendiri yang dimiliki masyarakatnya. Selain itu, dalam hal bahasa, tercatat lebih dari 300 bahasa daerah yang tercipta di Indonesia. Dan umumnya bahasa tersebut tercipta sebagai salah satu manifestasi multikulturalisme budaya yang ada. pun, secara geografis, di Indonesia membentang berjuta-juta pulau yang dipisahkan oleh daratan dan bentangan lautan.

Sudah menjadi semacam hukum alam, jika kita dihapakan pada perbedaan baik secara budaya maupun tradisi keagamaan, akan kentara dengan gesekan budaya yang boleh jadi mengantarkan kita pada sebuah konflik. Dan umumnya, konflik tersebut akan terjadi manakala belum terciptanya budaya atau etika saling menghargai terhadap perbedaan yang ada. konflik tersebut boleh jadi muncul karena adanya kepentingan terhadap sebuah kebudayaan. Atau juga muncul karena kita mempunyai rasa paling unggul secara budaya di banding dengan kebudayaan lain. atau mungkin, karena sikap memaksa yang kita tonjolkan ketika dihadapkan dengan sebuah perbedaan. Dan mungkin pula karena bedanya pemahaman kita secara teologis, dalam arti konflik agama yang pada akhirnya dikedepankan. Alhasil, Indonesia yang seharusnya menjunjung tinggi persatuan sebagai landasan bernegara, muncul dengan berbagai konflik yang menghantarkan pada perpecahan.

Primordialisme (unggul secara budaya...)

sensitifitas budaya yang muncul, akan menyebabkan sebuah perpecahan di kalangan masyarakat Indonesia bilamana dalam setiap diri warganya belum mampu memahami perbedaan yang ada secara menyeluruh. Dari sebuah sensitifitas tersebut, akan melahirkan sebuah konflik yang seyogiannya konflik tersebut berakibat fatal terhadap persatuan bangsa. Umumnya, masyarakat Indonesia dengan landasan filosofis negara yang telah termaktub dalam pancasila begitu mencerminkan persatuan bangsa yang terdiri dari beraneka ragam suku, ras, budaya, bahasa dan agama. Pancasila diberlakukan dengan maksud agar mampu merangkul berbagai kalangan, golongan, dan kelompok yang ada dalam tubuh Indonesia. Dan tujuan pancasila tersebut akan mudah teraktualisasikan jika kita sebgai generasi bangsa pada umumnya memahami secara universal maksud dan petuah yang terkandung di dalamnya. Dan bukankah hal seperti itu yang dicita-citakan oleh founding father bangsa kita. Bukankah, persatuan, martabat kemanusiaan, keadilan sosial, dan konsensus sosial secara bersama yang benar-benar kita inginkan? Dan itu, telah kita cita-citakan jauh sebelum bangsa ini mencapai kemerdekaannya.

Konflik yang muncul boleh jadi dikarenakan adanya sikap dari diri kita yang merasa paling benar, merasa bahwa diri kita, atau budaya kita yang paling unggul di antara yang lainnya. Faham dimana kita merasa budaya yang kita punya adalah paling unggul di anatara budaya yang lainnya, lambat laun akan mengantarkan kita pada konflik yang ada. dan faham seperti itu lazim kita kenal sebagai primordialisme. Primordialisme muncul sebagai dampak dari kesukuan bangsa Indonesia yang mana di antara para penganut suku tersebut merasa bahwa budaya dirinyalah yang paling unggul. Dan jika faham semacam ini terus berkembang, maka dikhawatirkan akan mengancam persatuan bangsa dan akhirnya menyebabkan konflik yang berkepentingan. Dan alhasil, perang antar budaya, antar suku, akan terjadi. Dan ini yang menyebabkan persatuan kita sebagai satu kesatuan bahasa, bangsa, tanah air dan negara akan terancam. Nah, faham semacam inilah yang seharusnya kita hindari, sebisa mungkin ketika kita dihadapkan pada keanekaragam yang sudah melembaga, ego yang ada dalam diri kita harus kita tahan, kita minimalisasikan guna menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

Sikap merasa budaya diri paling unggul (primordial kesukuan), adalah ancaman internal terhadap kesatuan bangsa. Belum lagi saat ini, bangsa kita yang umumnya berada dalam prosesi perkembangan, tengah dihadapkan pada ancaman kebudayaan yang datang dari luar. Munculnya budaya-budaya tambahan dari luar, mengharuskan kita mempunyai semacam penyaringan (filter) terhadap merembesnya budaya luar tersebut. Jangan sampai mengancam terhadap kelestarian buadaya kita. Jika sekiranya kita belum mempunyai filter yang kuat terhadap budaya yang datang dari luar, maka sudah barang tentu kita akan kehilangan budaya kita dan akhirnya kita pun akan kehilangan identitas kita sebagai bangsa Indonesia. Tentunya, hal semacam itu tidak pernah kita inginkan dalam perikebangsaan kita. Sebab, hal ini akan mengakibatkan dampak sistemik terhadap perikehidupan kita di berbagai sendi atau aspek kehidupan yang ada.

Islam dan Primordialisme

Tidak ada satu golongan pun yang lebih istimewa di hadapan Allah kecuali mereka yang benar-benar bertaqwa...

Begitulah konsepsi Al-qur’an untuk menyikapi permasalahan sosial-kesukuan yang ada.
munculnya primordial golongan di kalangan masyarakat Indonesia menunjukan betapa belum mampunya kita sebagai bangsa Indonesia, dan terlebih sebagai penganut ajaran Islam yang melihat fenomena seperti ini. Islam begitu jelas menyatakan bahwasanya tidak ada satu golongan pun yang paling unggul di hadapan-Nya kecuali bagi mereka yang bertaqwa. Ini membantahkan sikap fanatisme golongan, kelompok, dan kesukuan yang berkembang di negara Indonesia. Allah menegaskan bahwasanya perbedaan yang kemudian telah Allah ciptakan, semata-mata Allah tujukan supaya manusia lebih bersifat legowo terhadap perbedaan yang ada. selain itu, perbedaan tersebut alangkah lebih bijaknya jika disertai dengan sikap mau menerima dan menghargai perbedaan yang ada. seringkali kita mendengar atau mungkin memahami bahwa perbedaan itu adalah anugerah yang begitu indah. Dan keindahan tersebut akan tercipta manakala kita mau mennghargai setiap gagasan, budaya, pemahaman ataupun yang lainnya sebagai khazanah kekayaan bangsa kita. Kita mendahulukan kepentingan bersama di atas kepentingan apapun, menjadi tanda terciptanya keindahan tersebut. Betapa konsep yang telah Allah berikan kepada kita jelas. Hanya saja pemahaman kita belum mampu mewujudkan hal semacam itu. atau mungkin justeru kita yang berpura-pura dan cenderung tak mau menjadikan konsepsi itu sebagai landasan berperilaku. Munculnya, sikap memaksa dari kita, dalam menyikapai setiap perbedaan yang ada menunjukan kedangkalan pemahaman yang kita yakini. Apa akibatnya? Akibatnya ialah munculnya berbagai konflik kesukuan, golongan ataupun lain sebagainya, yang cenderung memaksakan perbedaan tersebut dan harus sesuai dengan konsepsi pemahaman kita. Alhasil, perpecahanlah yang akan berkecambuk dalam diri kita. Lantas bagaimana seharusnya kita menyikapai perbedaan itu? jawabannya ialah tiada lain kita sebagai Umat manusia harus mau menghargai keanekaragaman yang ada. bukankah Allah mengatakan bahwa perbedaan yang tercipta, dimana Allah menjadikan kita berbangsa-bangsa dan bersuku-suku ialah tiada lain supaya kita mau saling berta’aruf, memahami perbedaan tersebut. Sehingga persatuan dan kesatuan bangsa benar-benar kita jaga dan diprioritaskan. Artinya, primordialisme dalam Islam adalah sesuatu yang tidak sejalan dengan konsepsi atau ajaran yang ada. karena Islam adalah rahmat yang tidak terputus bagi satu periode umat saja. Dan islam merupakan rahmat universal bagi semua golongan, suku, ras, kelompok, umat manusia, dan semua makhluk yang Allah ciptakan.

Minggu, 18 Juli 2010

Entah Kemana Dirimu Pergi... Wahai Plashdisk'q*

aneh memang, apa yang sekiranya kini telah terjadi padaku. aku resah, aku gelisah, aku gundah dan aku... aku takut. Oh Tuhan berikanlah Isyarat kepada hamba-Mu ini, hamba yang hina dina, hamba yang tak kuasa menolak semua apa yang telah Engkau tetapkan padaku.

apa mungkin ini sudah menjadi suratan takdir-Mu, atau mungkin ini adalah hukum karma darii apa yang telah aku lakukan selama ini. Tuhan, ampuni aku. aku hanyalah manusia yang tak lepas dari segala khilap dan alfa... aku hanyalah manusia yang mencoba menggulirkan semua bakat dan potensi yang kau kucurkan kedalam sukmaku. ku hanyalh aku yang tak berharga...

kini, kau pergi meninggalkan akau, kau pergi tanpa berpamit padaku, kau pergi mungkin menyusul kawanmu. kau tinggalkan segala kenangan hidup dan mimpiku, kau jadikan diriku seorang manusia yang bisa menyimpan semuanya...
dalam tubuhmu tersimpan semua memor kehidupanku, wahai Plashdisk'q

lagi-lagi, aku kehilangan sosok penuh jasa, sosok penuh hikmah,,, hanya sekejap ku bersamamu, kau hilang, kau tenggelang kau hitam pekt di makan kegelapan... kau pergi dari tanganku dan mungkin berpindah ke tangan yang lain yang penuh dengan.... kau adalah Plashdisku yang paling berjasa.

kawan, aku masih teringat dengan semua cerita bahagia dan duka dengan mu, kau curahkan segegnap ragamu hanya untuk catatan kecil dari seluruh memoar kehidupanku. mungkin ap-a yang aku berikan kepadamu tak seberapa dibanding apa yang telah kau berikan untukku... wahai Plashdisk'q

aku tak tahu apa peneybab semua ini, apakah mungkin aku terlalu sibuk dengan urusanku sendiri dan aku melupakanmu, atau mungkin disekitar kita banyak berkeliaran tangan-tangan berdosa yang tak tahu malu, entahlah... yang jelas aku sangat merindukanmu wahai Plashdisku....

kini, aku minta padamu jadilah sosok yang penuh dengan jasa dan dedikasi yang tinggi terhadap kawanmu yang baru....
aku cinta kamu... wahai PLASHDISK'Q*



*ditulis sebagai ungkapan dan apresiasi yang tinggi terhadap Plashdisk milik temanku yang kini telah hilang akibat ulahku... saudaraku maafkan aku yah....
*Plashdisk bagiku adalah memoar sejarah kehidupan yang penting... kau pahlawan yang tak ku1kenal...

Senin, 12 Juli 2010

MALANGNYA NASIBMU WAHAI S'PATUKU... HIHIHI

aku coba gulirkan kegundahan dan keresahanku dalam secarik kertas ini yang sekiranya akan mempermudah hatiku untuk melupakanmu. aku tahu semuanya sulit bagiku untuk kehilanganmu... karena kau, kau adalah intan dalam hidupku. laksana sarang yang bisa melindungi burung-burung dari kepanasan, kedinginan, dan semuanya. laksana air kau memberikan kesejukan padaku... kau alirkan nafas kesejukan ke setiap rongga-rongga mulutku, seakan kau tahu bahwa aku tak bisa berpisah darimu. kau tahu bahwa kau begitu berharga untukku... wahai s'patuku.

aku masih teringat, detik-detik terakhir yang kau isi dengan kebahagiaan yang begitu berkesan dan sulit aku lupakan dalam memoar pikiranku. itu semua saat-sat terindah yang ku rasakan ketika ku bertemu dan melewati hari-hari denganmu. hari-hari yang penuh dengan suka-dukaku, canda-tawaku, dan hari-hari yang penuh dengan kesejukan dalam alam pikiran batinku. sedetik bersamamu, begitu indah kurasa. seakan aku merasakan murninya cinta yang kau biuskan kedalam kakiku... tapi sayangnya.. itu hanya sekejap. hilang, hilang diterkam kebuasan para binatang, hilang diterpa riak gempita angin, dan hilang, hilang di telan malam...Wahai S'patuku....

kini, semuanya telah berlalu. kau pergi tinggalkanku tanpa ada secuil kabarpun. entah kemana kau pergi. apakah kau pergi meninggalkanku untuk mencari gairah kehidupan yang berebda di luar sana. laksana Nietzhe yang mencrai kehiduapan yang berbeda dari zamannya, atau mungkin kau laksana Emanuel Kant yang menginginkan sebuah perbedaan dari kebiasaan hidup di sekitarmu... atau bahkan kau mencoba menjadi seorang sosok pembaharu kehidupan yang kau pandang penuh dengan kementokan.. aku tak tahu. atau mungkin ada orang yang telah lama mengincarmu... menginginkanmu dama seperti halnya diriku mendambakanmu.. aku tak tahu. yang jelas.. bagi mereka yang merasa bahagia bertemu denganS'patuku, aku harapkan kalian menjaganya... jangan biarkan S'patuku menangis, meringis kesakitan, kekurangan.. jaga Dia... PLEASE... karena dia belahan jiwaku... SERIUS>


tapi, asal kau tahu, bahwa sampai kapanpun aku takkan bisa melupaknmu... wahai S'PATUKU...

Oh, Tuhan kuatkanlah diriku ini. jadikan cobaanmu ini sebagai sebuah hikmah... hikmah yang akau peroleh dari tangan seorang yang tak mengerti kesedihanku tentang S'patuku...Kau Maha Adil... maka berikanlah keadilan pada S'patuku...